Beberapa minggu ini marak disiarkan di beberapa media, mengenai seorang bocah sepuluh tahun yang katanya kejatuhan batu “sakti”. Dukun Ponari, begitulah dia disebut oleh ribuan orang yang mengaku sebagai pasiennya. Mendadak kehidupan anak ini berubah, yang semula hanya seorang bocah ingusan yang gemar bermain seperti anak-anak lainnya, kini digelari “DuDak” alias Dukun Dadakan, yang tiap harinya harus kebanjiran ribuan pasien yang menunggu giliran celupan “batu”-nya ke dalam air yang mereka bawa. Konon katanya “batu” tersebut bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. (katanya, katanya, katanya…).
Tapi apakah batu tersebut benar-benar bisa menyembuhkan penyakit? Eeeiitzz, tunggu dulu…. Jangan sampai anda pun ikut2an percaya, hingga terseret ke lembah kesyirikan. (Naudzubillah…). Selama belum ada bukti-bukti ilmiah mengenai kandungan batu tersebut, apakah benar2 mengandung bahan yang dapat mengobati penyakit, berarti selama itulah orang2 yang mempercayai kesaktian batu itu masih terperangkap dalam kesyirikan yang nyata. Kebanyakan dari mereka hanya terpengaruh "sugesti" dari perkataan orang2 yang telah mengaku sembuh. Layaknya seorang pasien yang bisa sembuh hanya karena melihat senyuman dan kesabaran seorang dokter. Dan kalaupun kebetulan “batu” itu terbukti mengandung bahan penyembuh penyakit, kita harus tetap menjauhkan diri darinya, mengingat asal-usul terkenalnya “batu” itu adalah karena kepercayaan adanya kekuatan magis dalam batu tersebut. Ini artinya sama dengan jimat-jimat/jampi-jampi.
Rosulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai Nabi dan pembawa agama yang penuh rahmat, sungguh telah menjelaskan tentang hukum jimat, baik dengan ucapan ataupun dengan perbuatan.
Dengan ucapan, sebagaimana sabda beliau :
”Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat dan tiwalah adalah syirik”. (H.R. Abu Dawud dan selainnya. Dishohihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 1632 dan Ash Shohihah no. 331 dan dihasankan oleh Asy Syaikh Muqbil dalam Al Jami’ush Shohih 4/499).
Dengan perbuatan, sebagaimana riwayat ‘Uqbah bin Amir Al Juhani radliallohu ‘anhu, ia menceritakan bahwa beliau ditemui sekelompok sahabat. Kemudian beliau membai’at sembilan orang dan tidak membai’at satu orang. Mereka bertanya: “Wahai Rosulullah, kenapa engkau membai’at sembilan orang dan tidak membai’at satu orang ini?”. Beliau menjawab: “Sesungguhnya dia membawa jimat.” Lantas beliau mengulurkan tangannya dan melepas jimat tersebut lalu membaiatnya”. (H.R. Ahmad. Dishohihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shohihah no. 492 dan dihasankan oleh Asy Syaikh Muqbil dalam Al Jami’ush Shohih 6/294).
Dari dua hadits tersebut menerangkan tentang hukum haramnya memakai jimat, tiwalah (sejenis jimat yang dibuat dan dipakai untuk menjaga rasa cinta antara suami istri) dan jampi-jampi yang mengandung lafadz-lafadz kesyirikan. Masuk juga dalam larangan di atas segala sesuatu (jimat) baik berupa kalung, keris, rambut, buah-buahan yang dipakai, atau digantungkan sebagai sarana, atau segala sesuatu dengan sendirinya diyakini dapat mendatangkan manfaat atau mencegah mudharat.
Saudara-saudaraku sekalian yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, manakala seseorang menggantungkan atau membawa jimat, maka tidaklah terlepas niatnya dari dua keadaan:
1. Bila dia menggantungkan jimat disertai keyakinan bahwa jimat itu dapat mendatangkan manfaat dan menjauhkan dari malapetaka dengan sendirinya selain Allah subhanahu wa ta’ala, maka ini adalah syirik terbesar yang bisa mengeluarkan seseorang dari Islam. Tidak bermanfaat sedikitpun dari amalannya, dan apabila meninggal dunia dan belum bertaubat maka dia menjadi penghuni neraka kekal, di dalamnya. (Na’udzubillah min dzalik…)
2. Jika dia melakukan hal ini dengan keyakinan bahwa benda itu sebagai sarana atau sebab yang bisa mendatangkan manfaat dan menjauhkan bahaya, dengan tetap meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat Yang Maha Mampu mendatangkan manfaat dan menjauhkan mudharat, maka dia terjatuh pada syirik kecil yang merupakan salah satu dosa terbesar, karena dia telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai sebab.
Dan karena kesyirikan besar, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengharamkan seseorang masuk ke dalam surga,
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”. (Qs. Al Maidah: 72)
Dan banyak lagi kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh dosa kesyirikan. Maka wajib bagi ulama Islam, tokoh-tokoh agama untuk menerangkan masalah ini kepada ummat dan mencegah mereka dari terperosok ke dalam jurang-jurang kebinasaan, sebagaimana wajib bagi pihak yang berwajib untuk menutup praktek pengobatan ini serta praktek-praktek yang serupa, karena ini semua hanya berakibat pada kerugian bangsa, negara dan ummat seluruhnya.
Dan hendaknyalah masyarakat Indonesia kembali menggunakan cara-cara pengobatan yang dicontohkan/yang dibolehkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Misalnya menggunakan metode Thibbun Nabawi (pengobatan Nabi, yaitu hijamah/bekam, madu, dan habbatussaudah), menggunakan obat-obatan herbal/alami, atau berobat kepada orang yang ahli dalam pengobatan/dokter.
Dan sekedar informasi, ternyata Dukun Ponari dan Ayahnya tetap berobat ke dokter, bahkan sempat di-opname/rawat inap beberapa hari di rumah sakit, ketika mereka jatuh sakit akibat kelelahan saat melayani pasien-pasien Ponari. Kenapa nggak minum air celupan batunya sendiri aja yaaa??? (hehehe… ketahuan deh…. Ternyata ada udang di balik batu Ponari….)
Wallahu A’lam BishShowab… (By: andiyoyo)*
*Beberapa kutipan: (antosalafy.wordpress.com, salafypomalaa.wordpress.com)
25 Februari, 2009
Ternyata Batu “Dukun Ponari” Benar-Benar Sakti?
kategori:
Islam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hihihi... dunia kedokteran sempat terancam dengan adanya batu ponari ^^
BalasHapussesungguhnya kesembuhan hanya dari Allah SWT =)
PONARI? ckckck... *geleng-geleng
Yupz... Tapi si pemilik batu aja masih percaya ama dokter, kok pasiennya blum pada sadar ya... Kalau sesungguhnya tidak ada pengobatan yang instan, tanpa berusaha mencari penyembuhnya dan berdoa mengharap kesembuhan dari Allah semata.
BalasHapusMalah akhir2 ini muncul lagi Dukun Baru, namanya Dukun Dewi, masih dari daerah yg sama dengan Ponari, dan katanya mendapat batu pasangan dari milik Ponari... (aaarrrgghhh.... Padahal dah senang Praktek Ponari dah ditutup... eh muncul lagi...)
iya di'
BalasHapusmasyarakat na indonesia masih ketinggalan informasi.
makanya jangan heran kalau masyarakat masih percaya dengan hal2 demikina.
coba mereka ikuti perkembangan informsi
mungkin (MUNGKIN)tidak kaya sekarang ....
hehe... mangsudnya masyarakat indonesia masih pada gaptek ya??? xixixi...
BalasHapusTapi emang agak sulit sih, soalnya mereka memegang kuat adat yang kebanyakan berbau2 mistis...
* Makanya andi_ic4nk, ayo bangun teknologi informasi di Makassar... Kalo perlu bikin hotspot satu Makassar... hehehhe...
Yayat, bkin blog ko jg paeng... knp nda ada face book mu? kangenka mw liat mukamu... hehehe!!! Ully
BalasHapustapi menurut saya batunya ponari itu cukup sakti loh....buktinya bisa membuat ponari kaya dalm waktu singkat.......manusia ada yg tercipta untuk terkenal... dan ada yg tidak nah batunya ponasi ini termasuk selebriti dikalngan batu gitu kali yah......asmaraningtyas
BalasHapuspak kyai, lha orang islam sing bawa-bawa air zam-zam tuh syirik apa nggak? kan mereka percaya tuh air bisa nyembuhin penyakit dan macem2
BalasHapuslha orang2 islam yg dateng ke makam2 para sunan trus pada bawa air dari pancuran/ngantungin nasi bekas kenduri gimana kyai
BalasHapus@ Asmaraningtyas
BalasHapushehehe... wonten2 kemawon mas niki... matur nuwun nggih awit rawuhipun...
@ anonim2
weeh, di sini ga ada pak kyai... hehe..
#1, mengenai air zam2, keistimewaannya pernah disampaikan oleh Rasulullah,
Dari Abu Dzar radhiyallaHu 'anHu, Rasulullah ShallallaHu 'alaiHi wa sallam
bersabda,
"Air zam-zam itu penuh berkah. Ia makanan yang mengeyangkan (dan obat bagi
penyakit)" (HR. Muslim IV/1922, yang terdapat di dalam kurung adalah menurut
riwayat al Bazzar, al Baihaqi dan ath Thabari dan sanadnya shahih, lihat
Majma'uz Zawaa-id III/286)
#2, tujuannya apa? untuk ngalap berkah? berarti sama saja seperti pada artikel di atas... coba dibaca lagi... wallahu a'lam...
referensi baca di http://almakassari.com/?p=232
bukan berobatnya yang utama, melainkan ikhtiar nya..proses ikhtiar ini bisa berobat ke dokter, pengobatan ala rosul seperti bekam, herbal, atau pengobatan dengan rukiyah (rukiyah ini bukan mengobati dengan menggunakan jin lho!!!!itu mah rukiyah eusleum!!!). dengan tetap meyakini bahwa Allah lah yang memberikan kesembuhan...meskipun berobat ke dokter kalau difikirannya merasa bahwa dokterlah yang menyembuhkan maka itu juga termasuk syirik...bahkan pada saat ada yang menolong kita saat sedang kesusahan..utamakan membaca hamdallah terlebih dahulu baru berterima kasih kepada media yang Allah berikan yaitu si penolong tadi...
BalasHapushehe... bener A', kita harus tetap ikhtiar juga sambil berdoa...
BalasHapusJazakallah, hatur nuhun A' atas komen-nya...